DAFTAR ISI

Rabu, 30 November 2011

Human Empathy : Penyeimbang Kehidupan Manusia dalam Mencapai Kemenangan
postdateiconFriday, 18 November 2011 02:30 | postauthoricon | PDF | Print | E-mail

Sebuah filosofi yang cukup dikenal, yaitu filosofi yin-yang, menyatakan bahwa sesuatu sering membutuhkan pasangan agar tercapai keseimbangan. Siang berpasangan dengan malam, panas dengan dingin, kuat dengan lembut, panas dengan dingin, dan seterusnya. Demikian juga dengan praktek di dunia bisnis. Persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat saat ini. Para pelaku bisnis dituntut untuk dapat survive memenangkan persaingan bisnis dengan strategi bisnisnya masing-masing, bahkan dengan segala cara dan upaya. Semangat meraih kemenangan (winning spirit) tersebut dapat menjadi tidak terkendali, dan akan memunculkan ketidakseimbangan. Keinginan menang yang tidak terkendali membuat masing-masing pelaku bisnis menjadi “gila kerja”, dengan hanya berfokus pada penjualan yang besar, tender bernilai milyaran, peningkatan jumlah pelanggan yang siginifikan, bahkan di dalam sebuah organisasi perusahaanpun, masing-masing anggota organisasi dapat saling menjatuhkan, untuk meraih sebuah “kemenangan”. Di sinilah Human Empathy memegang peranan dalam memfasilitasi terwujudnya kehidupan yang seimbang dari setiap orang di sebuah perusahaan. Dalam hal ini perusahaan berperan sebagai fasilitator dalam Human Empathy (facilitating balance of life), sehingga anggota organisasi tetap memperhatikan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, agar keinginan dan semangat kemenangan masing-masing orang dapat menjadi kekuatan untuk mencapai prestasi luar biasa, dengan tetap memperhatikan kebutuhan kehidupan sosial, keluarga, dan spiritual.

Dalam pelaksanaan proses bisnis sebuah perusahaan, Human Empathy tidak terkait langsung dengan maksimalisasi profit. Jika winning spirit dapat menghasilkan sales, profit, ataupun market share, maka human empathy lebih berorientasi pada hasil yang bersifat jangka panjang. Human empathy lebih memandang anggota organisasi sebagai seorang manusia secara utuh.

Human empathy, mencoba menempatkan manusia untuk tidak terjebak dalam egoisme yang hanya mengejar kemenangan pribadi, yang hanya akan membawa seseorang pada kehampaan. Human Empathy merupakan penyeimbang kehidupan seseorang, antara kehidupan professional, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, dan spiritual. Human Empathy tersebut harus dimiliki oleh setiap anggota organisasi, agar terjadi keseimbangan antara winning spirit (semangat meraih kemenangan) dengan nilai-nilai sosial dan spiritual, sehingga masing-masing anggota organisasi dapat meraih kemenangan tanpa harus saling menjatuhkan dan menyakitkan satu sama lain.

Perusahaan harus mengambil peran, agar spirit human empathy dapat tumbuh dan berkembang di antara karyawan-karyawannya. Dalam hal ini perusahaan berperan sebagai fasilitator dalam Human Empathy (facilitating balance of life). Dengan memahami bahwa karyawan adalah manusia yang membutuhkan kehidupan yang seimbang, kemudian menunjukkannya secara riil melalui berbagai program yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan tersebut, maka berarti perusahaan telah menunjukkan spirit human empathy kepada karyawan-karyawannya.

Peran perusahaan di sini adalah menjembatani agar karyawan tetap bisa beraktualisasi secara seimbang di 4 kehidupan, yaitu kehidupan keluarga, kehidupan professional, kehidupan sosial, dan kehidupan spiritual. Dalam memperhatikan kehidupan keluarga, perusahaan harus menempatkan family life sebagai bahan pertimbangan dalam mengeluarkan berbagai kebijakan. Melalui kebijakan perusahaan, pekerjaan di luar jam kerja yang seharusnya (over time) sebisa mungkin harus dihindari. Dengan begitu, pihak keluarga pun menjadi lebih tenang, dan pada akhirnya dukungan keluarga untuk karyawan bekerja di perusahaan tersebut juga menjadi lebih besar.

Dalam aspek kehidupan professional, perusahaan harus memberikan jenjang karir yang adil dan transparan, sehingga memberikan peluang yang sama bagi semua karyawan untuk meniti karir ke level yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, perlu ada sistem pemberian reward yang sesuai, agar karyawan merasa bahwa perusahaan memberikan penghargaan atas jerih payah yang dilakukannya. Perusahaan juga perlu memperhatikan adanya komunikasi yang jelas mengenai jenjang karir dan sistem reward tersebut, agar masing-masing karyawan dapat memahaminya dengan persepsi yang sama.

Dalam aspek kehidupan sosial, salah satu contoh nyata peran facilitating yang dilakukan perusahaan adalah dengan membantu karyawan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial. Bentuk kegiatan tersebut antara lain dengan menjadi fasilitator dalam memberikan bantuan pada lembaga-lembaga sosial, misalnya panti asuhan dan yayasan-yayasan sosial lainnya.

Selain aspek keluarga, professional, dan sosial, kehidupan yang seimbang harus memperhatikan unsur spiritualitas dalam setiap diri manusia. Oleh karena itu, perusahaan perlu memfasilitasi kebutuhan tersebut secara proporsional, sebagai wujud empatinya kepada karyawan. Beberapa perusahaan telah menyadari hal ini, dan memberikan program pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual karyawan. Salah satunya adalah melalui pelatihan emotional spiritual quotient (ESQ), dan pengadaan ritual rutin untuk menjadikan nilai spiritual tertanam dalam diri karyawan. Misalnya ritual berupa budaya doa pagi sebelum memulai pekerjaan.

Selain sebagai fasilitator, perusahaan juga harus merumuskan paradigma yang tepat di dalam organisasi. Di sinilah perusahaan berperan dalam building holistic company, dimana perusahaan harus mampu mengintegrasikan aspek intelektual, emosional, dan spiritual pada seluruh anggota di dalamnya, secara tepat dan proporsional. Membangun holistic company bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Peran para pemimpin dalam perusahaan menjadi penting, untuk bisa menjadi role model yang baik dalam pelaksanaannya.

Peran pemimpin dapat ditunjukkan melalui kebijakan-kebijakan yang menunjukkan komitmen perusahaan pada hal-hal yang terkait dengan persoalan kemanusiaan. Selain itu, keteladanan dari masing-masing pemimpin juga harus dimunculkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat sederhana, namun tidak semua pemimpin dapat melaksanakannya dengan mudah. Diperlukan adanya kesadaran secara personal, untuk kemudian menunjukkannya dalam wujud nyata dalam perusahaan yang dipimpinnya.

Jika perusahaan telah dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator dalam menciptakan keseimbangan hidup manusia di dalamnya, dan para pemimpin dapat menjalankan fungsi role model dalam pelaksanaannya, maka perusahaan dapat melakukan tindak lanjut, dengan menjadi inspirator bagi pihak-pihak eksternal (inspiring the world). Prinsip sederhana dalam melaksanakannya adalah : menjadikan pihak lain mengetahui human empathy yang telah dilaksanakan perusahaan. Bahkan, perusahaan dapat mengajak pihak lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan, terkait dengan pelaksanaan prinsip human empathy.

Setelah pihak-pihak eksternal menerima semangat human empathy tersebut, maka semangat human empathy sangat dimungkinkan untuk diteruskan ke pihak-pihak lain. Di sinilah peran public relation perusahaan bisa berjalan. Dengan begitu, semangat human empathy tidak hanya menjadi penyeimbang kehidupan manusia di sebuah perusahaan dalam meraih sebuah kemenangan, namun juga menjadi penyeimbang dalam persaingan bisnis secara global.

Dengan semangat human empathy, maka masing-masing orang dapat saling berlomba meraih kemenangan dalam persaingan bisnis, tanpa harus ada saling menjatuhkan satu sama lain. Perusahaan menjadi fasilitator dalam menciptakan keseimbangan tersebut, dan para pimpinan berperan sebagai penentu kebijakan dan menjadi role model dalam pelaksanaannya. Dan yang paling penting, masing-masing anggota organisasi perusahaan memiliki kesadaran mengenai keseimbangan tersebut, sehingga masing-masing orang memiliki kehidupan yang seimbang, antara kehidupan professional, keluarga, sosial, dan spiritual.

Siapapun diri Anda, apapun peran Anda dalam perusahaan Anda, Anda adalah calon-calon pemenang dalam persaingan bisnis. Semangat winning spirit adalah kekuatan Anda dalam mencapai kemenangan dalam persaingan bisnis, dan human empathy merupakan penyeimbang hidup dalam mempertahankan kemenangan Anda. Dan yang paling penting, kesadaran Anda untuk berperan dalam melaksanakan human empathy merupakan dasar dari pelaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar