DAFTAR ISI

Jumat, 28 Oktober 2011

MAKSUD HIDUP MANUSIA

dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet
dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah
cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua.

Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan
mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain
susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka
akan timbul manusia yang seperti ini.

Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan
belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga
menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk.
Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa seperti
ular, kalajengking, dan sebagainya.

Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular
jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk
kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan
kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan
bisanya itu.

Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya
untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati,
dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia
tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu.

Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia semata,
mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain.
Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang
terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.

Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang- orang di jakarta. Dia katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya kata dia semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :

1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok
saya bisa makan atau tidak ?” saat itu dapat makan, saat itu dihabisin
makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.

2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?” mungkin karena sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.
5

3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.

4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa
gua makan ?” Dia fikir makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang
dipikirin bagaimana makan orang ? artinya bagaimana dia dapat memeras orang
atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan
orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia
makan.

Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan
apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama
dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah hasilnya jika
manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan hina.

Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran,
tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari
ini banyak orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir
itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti
yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini,
kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang
kafir itu rendah.

Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini
pola kehidupan yang ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang
indah, mobil yang mewah, makanan yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir
kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya
rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi.

Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana dari makanan, pakaian,
transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya orang
beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari
adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup
daripada orang beriman.

Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia yang
telah menjadi rendah akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab kita semua,
selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita telah tinggalkan daripada usaha atas
manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh membunuh, saling
memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia saat ini.

Sehingga susah mendatangkan kedamaian dan keamanan yang hakiki. Ini
karena kita telah tinggalkan usaha kenabian ini. Kalau usaha kenabian ini
dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi Allah. Seperti ketika
sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di Hijaj sangat rendah sekali,
sudah seperti kehidupan hewan saja. Bunuh membunuh, terkam menerkam,
6
satu sama lain sudah menjadi biasa.

Bahkan sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak,
lebih rendah daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang perusak,
bahkan lebih rendah daripada binatang berbisa. Itulah kehidupan jahilliayah di
mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama untuk berjudi saja,
dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main tebak-tebakan mengenai
isi kandungan dari wanita hamil yang baru saja lewat didepan mereka, “Apakah
janin yang ada dalam perut wanita hamil itu adalah laki-laki atau perempuan ?”
Untuk membuktikan ini, si perempuan itu dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk
iseng saja, dijadikan medan perjudian.

Kehidupan manusia hanya dijadikan sebagai bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan mensengsarakan daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat itu.

Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka yang
kehidupannya sudah begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus oleh Nabi
SAW, maka kehidupan mereka meningkat, yang jasadnya manusia tetapi
sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu taat pada Allah SWT,
hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya ibadah saja kepada Allah. Ini
karena malaikat itu tidak punya nafsu, mereka tidak makan, tidak minum, tidak
tidur, tidak punya istri, kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah.

Manusia ini kalau diperjuangkan bukan dia berarti dia berubah menjadi malaikat
tetapi maksudnya dia akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada Allah
SWT. Jadi Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala
saja, taat saja tidak bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan
oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman Allah :
“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi)
kepadaKu.”

Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian.
Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat
kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki sifat
malaikat.

Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam beribadah kepada
Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti malaikat.
Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan sifat hewannya. Mereka
banyak mengurangi makannya dan mengurangi tidurnya demi memperbanyak
beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak diantara mereka sedikit saja tidurnya
diwaktu malam karena mereka menggunakan waktu malamnya hanya untuk
beribadah kepada Allah Ta’ala.
Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak tidur hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh Nabi SAW dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri mereka. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti sifat malaikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar